• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Strategi Cerdas: Tetap Berpuasa Saat Mudik Jauh di Bulan Ramadan

img

Zulfa.biz.id Hai apa kabar semuanya selamat membaca Kini aku mau membahas keunggulan Kesehatan, Gaya Hidup, Ramadan, Perjalanan, Tips Puasa yang banyak dicari. Pemahaman Tentang Kesehatan, Gaya Hidup, Ramadan, Perjalanan, Tips Puasa Strategi Cerdas Tetap Berpuasa Saat Mudik Jauh di Bulan Ramadan lanjut sampai selesai.

    Table of Contents

Dalam perjalanan jauh, seseorang memiliki kebebasan untuk tidak melaksanakan puasa dan dapat menggantinya di hari lain. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT memberikan keringanan bagi Musafir untuk membatalkan puasa. Menurut hadis, tindakan membatalkan puasa dalam konteks perjalanan dianggap sah, dan tidak ada dosa bagi mereka yang memilih untuk tidak berpuasa selama bepergian.

Beberapa orang berpendapat bahwa jika seseorang merasa mampu untuk menjalani puasa saat sedang dalam perjalanan, maka itu adalah pilihan yang lebih baik karena mereka tidak perlu mengganti puasa di waktu lain. Namun, satu permasalahan umum yang sering muncul adalah apakah seseorang tetap harus berpuasa saat menempuh perjalanan jauh. Perjalanan jauh, seperti saat mudik, bisa sangat melelahkan dan berisiko bagi kesehatan tubuh.

Dalam pandangan Islam, orang yang sedang dalam perjalanan jauh atau yang disebut Musafir tidak diwajibkan untuk berpuasa. Menurut Detik Hikmah, perjalanan yang membolehkan seseorang untuk tidak berpuasa adalah perjalanan yang menempuh jarak minimal empat marhalah atau sekitar 88 km. Ini semua didasarkan pada ayat yang memperlihatkan bahwa perjalanan jauh merupakan salah satu kondisi yang memberikan izin untuk tidak berpuasa.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah RA, terdapat cerita tentang Hamzah bin Amr al-Aslami RA yang bertanya kepada Nabi Muhammad SAW apakah puasa tetap harus dilakukan saat perjalanan. Di antara para sahabat, meskipun ada yang memilih untuk berpuasa, banyak di antara mereka lebih memilih untuk tidak berpuasa karena beratnya kondisi perjalanan yang mereka hadapi.

Di sini muncul pertanyaan mendasar: mana yang lebih utama, untuk tetap berpuasa atau membatalkannya? Menurut laporan dari NU Online, para ulama terbagi menjadi dua pandangan. Pendapat pertama menyatakan bahwa berpuasa lebih utama jika seseorang bisa melaksanakannya tanpa mengalami kesulitan. Sebaliknya, kelompok kedua menganggap tidak berpuasa lebih utama, karena Allah telah memberikan keringanan untuk hal tersebut.

Ulama yang berpendapat bahwa membatalkan puasa adalah bagian dari kemudahan yang diberikan oleh Allah beralasan bahwa mengambil kemudahan tersebut lebih dianjurkan.

Jika kamu menghendaki, maka berpuasalah, dan jika kamu menghendaki, maka batalkanlah.

(HR. Kesimpulan menegaskan bahwa Musafir memiliki hak untuk memilih antara berpuasa atau tidak, tergantung pada kondisi fisik masing-masing. Sebagai Muslim, menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan adalah kewajiban, namun penting untuk mempertimbangkan kondisi fisik saat melakukan perjalanan.

Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW, jika seseorang merasa mampu berpuasa tanpa mengalami kesulitan dalam perjalanan, puasanya tetap sah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Darda’ RA, diceritakan bahwa pernah terjadi suatu saat ketika mereka berpergian bersama Nabi pada bulan Ramadan dan cuaca sangat panas. Dalam perjalanan itu, dapat dilihat bahwa tidak ada yang puasa selain Rasulullah SAW.

Pendapat ini juga didukung oleh Imam Ahmad, Imam al-Auza’i, dan Imam Ishaq. Jika perjalanan mudik dirasa berat dan sulit, lebih dianjurkan untuk tidak berpuasa dan menggantinya di hari lain. Namun, jika perjalanan tersebut tidak terlalu berat dan tidak mengganggu ibadah puasa, maka berpuasa tetap menjadi pilihan yang utama. Oleh karena itu, penting bagi setiap Musafir untuk menyesuaikan keputusan dengan kondisi fisik dan kemampuan masing-masing.

Menjaga kesehatan adalah prioritas yang harus diutamakan, agar ibadah dapat dilaksanakan dengan maksimal. Pengambilan keputusan yang bijak tentang puasa saat melakukan perjalanan panjang akan membantu umat Muslim untuk tetap menjalani ibadah tanpa membahayakan kesehatan mereka.

Terima kasih telah mengikuti penjelasan strategi cerdas tetap berpuasa saat mudik jauh di bulan ramadan dalam kesehatan, gaya hidup, ramadan, perjalanan, tips puasa ini hingga selesai Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca selalu bergerak maju dan jaga kesehatan lingkungan. Mari kita sebar kebaikan dengan membagikan postingan ini., semoga artikel lainnya juga bermanfaat. Sampai jumpa.

Special Ads
© Copyright 2024 - Zulfa's Journey: Sharing Stories & Insights
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads