• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Pesona Ramadan: Menggali Tradisi Unik dari Sabang hingga Merauke

img

Zulfa.biz.id Selamat membaca semoga bermanfaat. Detik Ini saya ingin menjelaskan bagaimana Budaya, Tradisi, Ramadan, Indonesia, Kuliner berpengaruh. Artikel Mengenai Budaya, Tradisi, Ramadan, Indonesia, Kuliner Pesona Ramadan Menggali Tradisi Unik dari Sabang hingga Merauke Ikuti terus penjelasannya hingga dibagian paragraf terakhir.

Ngotek merupakan festival musik sahur yang unik, diselenggarakan oleh masyarakat Loloan di Jembrana, Bali. Festival ini menjadi salah satu cara warga untuk menyambut waktu sahur dengan penuh semangat. Kegiatan ini dimulai sekitar pukul 22.00 WITA dan berlangsung hingga menjelang subuh. Di waktu tersebut, para bapak melaksanakan salat tarawih dan tadarus Al-Qur’an di masjid-masjid setempat, sementara para pemuda mempersiapkan acara ngotek.

Kata “ngotek” berasal dari bahasa setempat, di mana istilah “kotek” berarti “bangun”. Dalam tradisi ini, masyarakat Loloan dengan kreatif memanfaatkan barang-barang bekas, seperti baskom atau galon air mineral, untuk dijadikan alat musik. Kegiatan ini melibatkan para pemuda yang berkeliling kampung sambil memainkan musik, tujuannya adalah untuk membangunkan warga yang berpuasa agar bersiap untuk sahur.

Sesi pertama ngotek biasanya ditujukan untuk para ibu dan anak-anak mereka, yang melaksanakan salat tarawih bersama di masjid. Di satu sisi, tradisi ini memperkuat ikatan antarwarga, mengajak mereka untuk merasakan kebersamaan saat Ramadan. Kumbohan adalah tradisi lain yang juga menarik dan berasal dari Lamongan. Kegiatan ini dilakukan saat ngabuburit, mencerminkan semangat kebersamaan dan gotong royong antara warga, terutama di Kampung Islam Kepaon yang sudah ada sejak lama.

Berlanjut ke Jakarta, terdapat tradisi unik Bleguran yang muncul sejak tahun 1970-an di kalangan masyarakat Betawi. Di Indonesia, bulan Ramadan tidak hanya menjadi momen untuk beribadah, tetapi juga merupakan waktu untuk merayakan kekayaan budaya dan tradisi. Tradisi Bleguran menggambarkan bagaimana masyarakat menghadirkan kebersamaan saat berbuka puasa dan salat.

Mengacu pada berita yang diambil dari detikcom, Ramadan di tanah air menampilkan berbagai tradisi yang unik. Salah satunya adalah megibung. Istilah ini dalam bahasa Bali berarti makan bersama dan biasanya diadakan setelah acara khataman Al-Qur’an, berbuka puasa, dan salat maghrib. Festival megibung diadakan setahun sekali dalam bulan suci ini dan berakhir saat adzan subuh berkumandang, menandakan waktu bubar bagi para peserta yang mempersiapkan diri untuk melanjutkan ibadahnya.

Layaknya festival lainnya, megibung juga sering digelar dalam berbagai acara seperti selamatan kelahiran bayi. Dalam perayaan ini, makanan disajikan dalam wadah besar yang dikelilingi peserta yang duduk bersama, menciptakan suasana yang hangat dan penuh rasa solidaritas. Keberadaan tradisi megibung menekankan pentingnya berbagi dan kebersamaan di tengah masyarakat.

Sementara itu, di Desa Pegayaman, tradisi salat tarawih dilaksanakan dengan cara yang berbeda. Waktu salat dibagi agar masyarakat bisa menikmati suasana Ramadan yang kental. Di sisi lain, anak-anak juga berpartisipasi dalam tradisi ini dengan memainkan meriam bambu tradisional yang dikenal sebagai bleguran atau bleduran. Tradisi ini tidak hanya meraung semangat anak-anak, tetapi juga menjadi bagian penting dari perayaan Ramadan di daerah tersebut.

Di daerah yang dekat dengan Sungai Bengawan Solo, masyarakat melakukan tradisi kumbohan saat musim hujan. Di saat itu, ikan-ikan menjadi “mabuk”, yaitu kondisi di mana air sungai keruh dan arusnya deras, memudahkan warga untuk menangkap ikan dengan tangan kosong atau alat sederhana seperti jaring dan serok. Ini merupakan kesempatan dimana mereka berkumpul dan berburu ikan, memanfaatkan momen unik dari alam.

Bulan Ramadan memang menjadi waktu suci yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Setiap daerah memiliki cara tersendiri untuk merayakannya, menggabungkan ibadah dengan budaya lokal yang beragam. Tradisi dan kegiatan ini menjadi bagian dari kekayaan budaya bangsa yang wajib dilestarikan dan dihormati. Mari kita jaga dan lestarikan setiap tradisi dengan penuh kebanggaan dan cinta.

Terima kasih telah mengikuti pembahasan pesona ramadan menggali tradisi unik dari sabang hingga merauke dalam budaya, tradisi, ramadan, indonesia, kuliner ini sampai akhir Mudah-mudahan tulisan ini memberikan insight baru selalu berpikir kreatif dan jaga pola tidur. Bagikan kepada teman-teman yang membutuhkan. Sampai jumpa di artikel selanjutnya

Special Ads
© Copyright 2024 - Zulfa's Journey: Sharing Stories & Insights
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads