Keheningan di Angkasa: 2 Bandara Tersepi yang Hanya Dihuni 7 Pengunjung Sehari!

Zulfa.biz.id Mudah-mudahan selalu ada harapan di setiap hati. Sekarang saya ingin membedah Travel, Air Transport, Wisata, Destinasi Tersembunyi, Panduan Perjalanan yang banyak dicari publik. Informasi Terkait Travel, Air Transport, Wisata, Destinasi Tersembunyi, Panduan Perjalanan Keheningan di Angkasa 2 Bandara Tersepi yang Hanya Dihuni 7 Pengunjung Sehari Mari kita bahas selengkapnya hingga paragraf terakhir.

1.1. Bandara Mattala Rajapaksa
2.1. Bandara Humberside
3.1. Bandara Mattala Rajapaksa
4.1. 200 juta USD
5.1. Bandara Mattala Rajapaksa

Julukan 'Bandara Internasional Dunia yang Paling Kosong' kini sangat melekat pada Bandara Mattala Rajapaksa di Srilanka, dikenal karena minimnya aktivitas penerbangan. Meskipun memiliki beberapa rute internasional, seperti ke Amsterdam, Bulgaria, Lapland, dan Mallorca, bandara ini tetap sepi pengunjung.

Di tahun 2023, Bandara Humberside juga ter daftarkan sebagai salah satu bandara sepi, dengan hanya 136.976 pengunjung dalam setahun. Hal ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana mungkin sebuah bandara yang dirancang untuk memudahkan lalu lintas antara kota dan negara justru tidak diminati?

Minimnya pengunjung di sebuah bandara bisa disebabkan oleh beragam faktor. Humberside, misalnya, berfungsi sebagai bandara yang nyaman bagi penduduk Hull, Lincoln, Scunthorpe, dan daerah sekitarnya. Sementara itu, Mattala Rajapaksa terletak di Hambantota, yang membutuhkan waktu sekitar empat setengah jam perjalanan dari ibukota Kolombo.

Dari sudut pandang operasional, pada bulan Juni 2018, jadwal keberangkatan dari Bandara Mattala Rajapaksa sangat terbatas. Papan keberangkatan di Humberside tidak terlihat sibuk, mencerminkan kenyataan bahwa keberadaan bandara ini belum memberikan dampak signifikan bagi industri penerbangan di Srilanka.

Pembangunan Mattala Rajapaksa juga menjadi perbincangan, karena pemerintah Srilanka telah menginvestasikan sekitar 200 juta USD untuk mendirikan bandara ini, yang mulai beroperasi pada tahun 2013. Namun, realita menunjukkan bahwa bandara ini sepi, dengan hanya tujuh orang yang tercatat melewati terminalnya setiap harinya sesuai informasi dari Daily Express pada 15 September 2024.

Tidak hanya itu, dalam konteks regional, bandara Humberside menyediakan beberapa rute domestik, termasuk penerbangan menuju Cornwall dan Aberdeen, serta layanan ke pulau Man dan Jersey. Namun, bandara Humberside berencana untuk memperluas rutenya dengan lebih banyak penerbangan rutin di tahun ini.

Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun kedua bandara tersebut dirancang dengan maksud untuk melayani kebutuhan masyarakat, realitas di lapangan tidak selalu sejalan dengan harapan. Penyebab utama bisa beragam, mulai dari lokasi yang kurang strategis, kurangnya promosi, hingga adanya pilihan transportasi alternatif yang lebih menarik bagi para calon penumpang.

Padahal, kehadiran bandara seharusnya bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi suatu daerah dengan meningkatkan mobilitas penduduk. Namun, dengan situasi yang ada, baik Bandara Mattala Rajapaksa maupun Humberside masih harus menghadapi tantangan untuk menarik lebih banyak pengunjung dan penerbangan.

Penting bagi pengambil kebijakan untuk memikirkan strategi yang lebih efektif agar bandara tidak hanya menjadi bangunan kosong tetapi bisa berfungsi secara maksimal untuk kepentingan masyarakat dan perekonomian setempat. Diskusi seputar peningkatan layanan dan aksesibilitas juga harus menjadi perhatian agar bandara dapat berkontribusi pada pengembangan wilayah sekitarnya.

Dalam menghadapi situasi ini, para pengelola bandara harus lebih berinovasi dan mencari solusi yang tepat untuk menarik minat calon penumpang. Dengan demikian, harapan untuk mengubah julukan 'bandara sepi' menjadi 'bandara hidup' dapat tercapai dengan lebih cepat.